Sebelum berangkat ke Amerika, saya mengajar di sebuah sekolah tinggi keguruan di Tangerang selama 1,5 tahun. Sekolah ini lumayan spesial karena visi utamanya adalah mendidik calon guru dari daerah tertinggal. Jadi murid2 saya diantaranya berasal dari KalTeng, kaimana, merauke, hingga Tolikara dan Yahukimo.

Di banyak kesempatan, saya tekankan ke anak-anak jika guru adalah pekerjaan terbaik karena guru memiliki kesempatan untuk mengubah jalan hidup seseorang.

Istri saya berasal dari keluarga yg tidak berada. Dia lahir dari orang tua yang bahkan tidak lulus SD, di sebuah desa yang lazimnya anak2 lulusan SMA nya merantau untuk menjadi buruh pabrik di Jabotabek.

Prestasi nya di sekolah juga biasa2 saja. Namun istri saya kemudian beruntung bertemu dengan guru kimia yang luar biasa. Beliau lah yang kemudian memantik istri saya untuk mencoba masuk ITB.

Tentu saja ini pilihan yg super nekad. Pertama adalah karena ranking istri yang “rata rata”. kedua, Biaya dari mana? Tapi karena dorongan dari guru nya lah istri saya membuat pertaruhan : ITB atau tidak sama sekali; dengan kata lain ITB atau kerja jadi buruh pabrik seperti yang lainnya.

AlhamduLillah, tanpa bimbel atau fasilitas lainnya istri berhasil masuk ITB.

Sampai saya lulus SMP, cita2 saya adalah menjadi pegawai negeri sipil. Bukan apa apa, saya besar di kota kecil dimana wacana kesuksesan hanya berkisar seputar pegawai negeri, pegawai pemda, atau pegawai pajak.

Beruntung ketika SMA saya dipertemukan dengan guru Fisika yang luar biasa. Beliau yg pertama kali bercerita bahwa di Bandung ada kampus terbaik, tempat lahirnya orang2 besar. Beliau lah yg pertama kali memberi ilham bahwa di dunia ini ada penghargaan namanya Nobel Fisika, diberikan kepada Fisikawan terhebat. Beliau juga guru pertama saya di ajang Olimpiade Fisika. Dan beliaulah yang membuka cakrawala tentang sekolah di Amerika, hal yg sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya.

Saya sampaikan ke Murid2 saya :” Nak, cerita saya dan istri saya ini hanya segelintir contoh dari sekian banyak cerita tentang betapa besar peran seorang guru dalam mengubah jalan hidup seseorang.”

“Nak, coba kita hitung, satu guru biasanya mengajar sampai 5 kelas atau 200 orang per tahunnya. Artinya, sampai pensiun kalian minimal telah mengajar 6000 orang. Dengan kata lain kalian punya kesempatan untuk mempengaruhi jalan hidup 6000 orang.”

“Bukankah Guru adalah pekerjaan terbaik?” Apakah ada pekerjaan lain yang memberi kalian kesempatan untuk mengubah hidup sekian ribu orang selain menjadi Guru?”

Guru adalah pekerjaan terbaik, sepantasnya dilakukan oleh orang2 terbaik. “Nak, jika kalian merasa bukan orang2 terbaik, maka kalian harus merasa bangga karena berani melakukan pekerjaan yang sepantasnya dilakukan oleh orang2 terbaik.”

Saya teringat ketika saya sampaikan hal ini, murid saya menimpali :” Pak Guru, di daerah kami satu guru tidak hanya ajar 200 orang, yang ajari kami Fisika itu juga guru ekonomi, dan pak guru juga harus ajar murid dari kelas satu sampe kelas tiga.”

Saya hanya tersenyum simpul dan lantas menjawab : ” Wah, kalau begitu kalian punya lebih banyak lagi kesempatan untuk menginspirasi dan mengubah jalan hidup orang.”

Seperti kata istri saya, guru yang sebenarnya adalah yang mampu memancing muridnya untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

*****

Tulisan-tulisan saya sebelumnya yang bertajuk “agar tak menjadi buih” diawali dari sebuah pertanyaan mengenai apa yang harus diperbaiki agar umat dan bangsa ini bangkit dan berjaya.

Dan kalau dirunut, bisa jadi pangkal semuanya adalah guru.

Di balik kehebatan Muhammad al fatih ada ayah dan guru yang sangat hebat. Demikian juga dengan Iskandar Zulkarnaen.

Bahkan Jenderal Soedirman juga seorang guru di sekolah Muhammadiyah.

Maka berbahagialah para guru.

Karena Allah mencintai ilmu, pencari ilmu, juga pengajar ilmu.

Maka berbahagialah para guru.

Karena ilmu bermanfaat yang diajarkan adalah amalan tak terputus yang kan menemani sampai hari akhir.

Maka berbahagialah para guru.

Karena pahala satu huruf alif dan ba akan terus mengalir selama orang yg kau ajar menggunakannya.

Dan malaikat pun menaungi majelis ilmu dengan sayapnya, dan semut pun turut mendoakan.

Maka berbahagialah para guru.

*****

Dan kita semua adalah guru atau bisa menjadi guru. Karena guru terbaik adalah keteladanan.

Jika dirunut, tokoh utama dalam tulisan saya sebelumnya adalah Volker Crede, pembimbing saya dari Jerman. Meski tidak ada deklarasi guru-murid, meski tidak ada petuah-nasihat namun keteladanan pembimbing saya telah mengajari saya banyak sekali hal.

Maka sikap dan tingkah laku kita adalah guru bagi orang2 di sekitar kita. Dan boleh jadi kita memiliki kesempatan untuk mengubah jalan hidup sekian banyak orang, meski tanpa kata.

Maka berbahagialah para guru.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *