Kawan baik saya, seorang kandidat PhD dibidang Nuclear Astrophysics telah diterima kerja di Cold Spring Harbor Laboratory (CSHL). CSHL ini bukanlah Laboratorium fisika, melainkan pusat penelitian genetika nomor satu di Dunia. Laboratorium yang berlokasi di Newyork ini pernah menjadi institusi yang menaungi 8 orang peraih Nobel. Salah satunya adalah James D Watson, si penemu struktur Double Helix DNA ini pernah memimpin CSHL selama 30 tahun.

Namun yang ingin saya ceritakan adalah kisah dibalik terdamparnya kawan saya di tempat super keren ini. Singkat cerita, ada hal yang bisa kita pelajari terkait bagaimana pembimbing PhD kawan saya berkenan memberi kesempatan lebih pada muridnya.

Kawan saya memulai risetnya tentang neutron star dibawah bimbingan seorang Professor berdarah Yahudi Polandia dan berkewarganegaraan Meksiko. Professor ini merupakan favorit semua mahasiswa fisika disini. Beliau sangat passionate, dedicated dan clear dalam mengajar. Selain itu beliau juga sangat hangat dan bersedia untuk diajak diskusi apapun oleh mahasiswa.

Perjalanan PhD kawan saya sangatlah terjal di tahun tahun pertamanya. Intinya, performanya bisa dikata tidak memuaskan. Alih-alih “mengkick”, professor kawan saya tetap memberi kesempatan bahkan memberi ruang negosiasi untuk mengganti topik yang sesuai dengan passion kawan saya.

Selain berani memberi kesempatan kedua, beliau juga berani memberi kesempatan untuk mengeksplorasi pendekatan baru : Machine learning (Bayesian Neural Network) untuk bintang Neutron.

Walhasil, kawan saya menelurkan paper yang salah satunya menjadi editorial suggestion di Physical review. Keahlian machine learning nya lah yang juga mengantarkan ke CSHL. Disana Metode Machine learning digunakan untuk menganalisis data data genetika dalam rangka mengobati kanker dan tumor.

Semua ini tidak akan terjadi jika sang professor tidak memberinya dua kesempatan : kesempatan kedua untuk tetap menjadi muridnya meski awal kinerjanya tidak memuaskan, dan kesempatan (juga kepercayaan) untuk mengeksplorasi metode baru.

*****

Minggu lalu saya resmi menjadi PhD candidate. Professor pembimbing kawan saya terebut juga menjadi salah satu anggota komite (di Indonesia istilahnya promotor). Selama ini beliau telah menjadi anggota komite bagi banyak kandidat PhD.

Selepas sidang prospectus, beliau memuji saya dengan mengatakan bahwa sidang saya termasuk the best (Slide, presentasi saya, juga cara saya menjawab pertanyaan).

Professor saya juga mengatakan hal serupa. Kata beliau, cara presentasi saya kini jauh berkembang dibanding awal2 saya riset.

Intinya adalah presentasi saya dulu buruk. Saya sendiri menyadari bahwa slide saya dulu tumpah ruah, organisasi ide nya nggak cantik, diperparah dengan english yang pas pasan.

Dan berkembangnya saya sampai titik ini tak lepas dari keberanian Prof. Saya memberi kesempatan pada saya untuk berbicara di berbagai conference hingga international conference, meski dengan berbagai keterbatasan yang saya miliki. Saya sungguh berterima kasih pada beliau.

Prof. Saya juga berani melimpahkan undangan untuk menjadi pembicara di Portugal ke senior saya.

Pada intinya, saya telah belajar tentang pentingnya seorang guru memberi kesempatan juga kepercayaan pada muridnya.

Seorang guru yang baik memulai dengan berani memasang ekspektasi tinggi terhadap muridnya. Setelah itu dia akan mencurahkan dedikasinya.

Saya teringat akan satu sore sekitar pukul 5.30 pm. Waktu itu saya berdiskusi dengan Prof. Saya tentang satu masalah. Kesimpulannya adalah saya perlu untuk menengok satu disertasi sebagai referensi. Persoalannya adalah disertasi itu ditulis dalam bahasa Jerman.

Malam harinya, sekitar pukul 11 malam saya mendapat email dari Prof. saya. Isinya singkat saja : “Coba kamu focus pada grafik di Halaman seratus sekian.”

Jadi Prof. Saya sepulangnya dari kantor lantas meluangkan waktunya untuk membantu saya dengan membaca (atau setidaknya menScreening) disertasi sekian ratus halaman.

Dedikasi seperti inilah yang akhirnya memacu saya untuk ikhlas bekerja hingga malam dan juga weekend.

Semoga saya bisa meneladani beliau ketika nanti (semoga) menjadi guru/dosen Insya Allah.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *