Bismillah…

Ketika Rasul berada ditengah sahabatnya, beliau bercerita tentang betapa besar kasih sayang seorang Ibu. Dan kemudian beliau mengatakan bahwa kasih sayang Allah jauh melebihi sayangnya seorang ibu pada anaknya.

Saya termenung selepas membaca hadits tersebut. Saya sangat mencintai Ibu saya. Dan saya kira cinta saya kepada Ibu dan ayah adalah hal yang sangat natural. Mereka mengasihi saya semenjak kecil. Wajar jika saya menyayangi mereka.

Dan jika saya mencintai Ibu saya karena kasih sayangnya, apakah saya jauh mencintai Allah dibanding cinta saya ke ibu saya? Karena bukankah Allah jauh lebih menyayangi kita dibanding ibu, ayah dan semua kerabat kita. Apakah saya getar kerinduan saya kepada Allah jauh lebih kuat dibanding getar kerinduah saya kepada kampung halaman?

Dan andaikan Malaikat Izrail bisa ngasih bocoran: “Hei, kamu akan mati 3 hari lagi.” Apakah saya akan antusias dan gembira seantusias saya kalau pulang ke Indonesia? Apakah saya akan antusias seperti seorang pecinta yang akan pulang ke kampung halaman dan berjumpa dengan kekasihnya? Segembira orang yang melampiaskan rindu?

Ataukah justru saya akan ketakutan? Gemetar dan pingsan?

Dan bagaimana jika kasih sayang ibu pada anaknya, termasuk binatang pada anaknya, adalah manifestasi dari kasih sayang Allah pada semua makhluknya. Mampukah saya mencintai Ibu, istri dan anak saya sebagai manifestasi cinta saya kepada Allah?

****

Konon bumi “protes” kepada Allah mengapa manusia sering lalai dan bermaksiat namun Allah tetap tak putus memberi rizki dan kasih sayang-Nya.

Suatu saat saya pernah marah ketika bermuamalah dengan seseorang. Saya kira saya sudah sangat baik namun beliau nya malah mengecewakan. Lantas saya jadi termenung, saya berbuat baik beberapa kali dan dibalas dengan perbuatan mengecewakan sekali saya rasanya sudah sangat tak karuan.

Padahal berkali kali saya bermaksiat kepada Allah namun tak pernah putus Allah melimpahi saya dengan kasih sayang-Nya. Dititik ini saya belajar memaknai “Ar Rahman”, yang maha pengasih.

Seorang Ibu bisa saja tidak memaafkan. Namun Allah justru sangat bergembira ketika Hamba-Nya bertobat. Melebihi gembiranya seorang pengembara yang terdampar di tengah gurun karena menemukan unta dan bawaannya yang telah hilang sebelumnya.

Anak saya yang berumur 3 tahun tidak pernah khawatir karena dia tahu ada ibunya yang selalu ada disisinya.

Dan jika Allah jauh lebih menyayangi kita dibanding Ibu dan ayah kita, mengapa saya terkadang masih diterpa kekhawatiran terhadap perkara2 dunia?

Bukankah Allah maha mencukupi kebutuhan makhluk-Nya.

***

Ya Allah.. aku bersaksi bahwa tidak ada Illah melain Allah.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *