Kisah Tentang Dua Organisasi

Bismillah..

Beberapa pekan lalu saya menghadiri festival film timur tengah di kampus. Pembukaan acaranya cukup meriah. Festival ini menghadirkan hidangan, musik dan tarian khas timur tengah. Selain itu terdapat juga stand-stand yang menyajikan informasi tentang negara2 dan organisasi yang berkaitan dengan timur tengah.

Ada dua stand yang menarik perhatian saya. Dua stand dari dua organisasi yang selama ini menjadi seteru abadi. Yang pertama adalah SJP (Solidarity and Justice for Palestine). Yang kedua adalah J Street, organisasi pro Israel di Amerika. Anggota J Street nyaris semuanya orang Yahudi, sedangkan anggota SJP adalah mahasiswa internasional dari berbagai negara arab, Indonesia (which is saya), dan beberapa orang Amerika yang bersimpati terhadap warga Palestina. Jadi, kalau menggunakan bahasa pertempuran, ini seperti perang satu lawan banyak.

Sayangnya ketika membandingkan kiprah kedua organisasi tersebut saya jadi teringat “perang enam hari”. Perang yang berlangsung di Bulan Juni 1967 ini adalah perang antara Israel Versus Mesir + Yordania + Suriah + Irak + Kuwait + Arab Saudi + Sudan + Aljazair. Hasilnya adalah kemenangan telak Israel meski Israel dikeroyok dan dikepung dari berbagai arah. Korban jiwa dari pihak Israel sangat sedikit dibandingkan korban jiwa dari negara2 Arab. Israel juga sukses memperlebar wilayahnya dengan mencaplok tepi barat, gaza, sinai dan dataran tinggi golan.

Dengan terpaksa saya harus akui jika SJP sangat tidak terorganisir. Contoh sederhananya, waktu itu saya mendaftar untuk acara workshop tentang “BoyCott”. Namun setelah itu saya tidak pernah dihubungi lagi oleh panitia. Padahal sudah beberapa kali saya menyetorkan email dan nomor HP.

Sementara itu, sebagai perbandingan dalam 5 tahun J Street telah:

1. Tumbuh dari “basement start up” hingga kini memiliki aset $7 million dengan 10 Kantor resmi di Amerika dan Israel.
2. Memiliki 180 ribu pendukung.
3. Menggelar 2000 acara.
4. Memiliki cabang di 60 kampus.
5. Memiliki Kiprah serta pengaruh politik yang sangat mencengangkan di US. (Buka jstreet.org untuk lebih detailnya)

*****

Fakta-fakta semacam ini yang mendorong saya untuk menulis serial “Agar tak Menjadi Buih”. Tulisan2 saya sejatinya adalah bentuk kegalauan saya. Umat yang takdirnya menjadi kaum terbaik kini bak buih yang terserak.

Sebagai orang Fisika saya tidak suka menelan teori2 konspirasi (Seperti iluminati) atau narasi yang menggambarkan seolah2 kita ini sedang dikepung, diancam dan sebagainya. Narasi semacam ini sejatinya menunjukan kalau kita ini inferior. Jika harus menggunakan terminologi “kita” vs “mereka”, maka bukanlah “mereka” yang kuat melainkan “kita” lah yang lemah. Oleh karena itu, Alih-alih menyalahkan “mereka” lebih baik introspeksi diri “kita”.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *