Barakah dari amal seseorang bisa menurun ke Anak cucu. Maka wajiblah bagi orang tua untuk memperhatikan tindak lakunya.

Ada satu cerita populer tentang si pemuda pemakan apel hanyut, tsabit bin zutho. Tsabit yang telah menggigit apel yg hanyut, lantas karena wara (kehati hatiannya) nya merasa menyesal, boleh jadi jadi sang pemilik apel tidak Ridha.

Maka dia pun menelusuri sungai, mencari pemilik kebun apel. Singkat cerita, begitu bertemu pemilik kebun dan mengutarakan maksudnya yakni meminta keikhlasan akan apel yg digigit, sang pemilik berkata bahwa dia akan mengikhlaskan asalkan tsabit mau menikahi putrinya yang cacat sepaket: lumpuh, bisu, buta dan tuli.

Karena keikhlasannya, tsabit menerima syarat yg luar biasa berat tersebut. Namun terkejutlah tsabit di malam pernikahannya, setelah mendapati istrinya trnyata cantik jelita dengan fisik yg sempurna.

Rupanya kata lumpuh, bisu, tuli, buta adalah kiasan, bahwasanya sang putri tidak pernah menggunakan kaki, mulut, mata dan telinga nya untuk sesuatu yang di murkai Allah.

Dari pernikahan tersebut, Lahirlah salah satu dari empat imam madzab : Imam Abu Hanifah, pendiri Madzab Hanafi.

****

Ummu Sulaim, Ibunda Anas Bin Malik suatu saat diuji Allah dengan meninggalnya salah satu putranya. Saat itu suaminya Abu Talhah sedang bepergian.

Maka dengan sabar, diurusnya jenazah putranya sendirian. Sebelum suaminya pulang dia pun berdandan dengan sangat cantik.

Lalu malam itu, dia sambut dengan baik dan ceria suaminya. Setelah melayani dengan baik, dia berkata pada Abu Talhah : Apa pendapatmu jika ada orang menitipkan barang lalu org itu memintanya kembali? ” Maka yg dititipi tentu harus mengembalikan dgn Ikhlas” kata Abu Talhah.

“Demikian dgn anak kita, semua adalah titipan Allah, dan Allah telah mengambilnya, maka Ikhlaslah.”

Allah memberi tahu Rasul akan kejadian ini. Maka Keesokan harinya Rasul berkata bahwa Malam itu adalah malam yang sangat diberkahi.

Ummu Sulaim langsung hamil, lahirlah Abdullah yang anak turunnya adalah para penjaga AlQuran.

****

Kata guru saya, di Pesantren2 ketika orang tua menitipkan anaknya pada Kyai, Lazimnya sang Kyai juga mewanti2 si orang tua untuk ikut “Tirakat”. Agar putra nya berhasil dalam belajar, barokah ilmunya, juga Bagus Akhlaknya.

Kata guru saya, sangat sulit seorang anak menjadi Hafidz kalau orang tuanya tidak ikut “ikhtiar”.

****

Maka cerita tentang Muhammad Al Fatih, penakluk konstantinopel dalam usia belia, penguasa 9 bahasa, ahli ilmu agama dan matematika, ahli strategi perang juga bela diri, Bukan melulu cerita tentang “tirakat” nya Muhammad Al Fatih.

Melainkan juga tentang “tirakat” nya Ayahnya : Sultan Murad.

……….

Maka bagi orang tua yang punya mimpi anaknya menjadi “orang Luar biasa”, harus kuat menggembleng dirinya dalam “laku” yang tidak biasa.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *