Kata guru saya fasik, munafik, mu’min, sholeh dan wali adalah pangkat dari Allah. Jadi sejatinya hanya Allah yang tahu persis, juga orang2 yang Dia kehendaki. Maka selayaknya berprasangka baiklah selalu.

Ada kisah yang mahsyur di jaman Sultan Murad IV tentang orang yang diprasangkai sebagai ahli maksiat karena tingkahnya yg kerap membeli miras dan mengunjungi pelacuran. Saking parahnya hingga masyarakat setempat tak ada yg mau mengurusi jenazahnya.

Nyatanya, orang itu memang membeli miras, untuk kemudian dibuang. Orang itu memang mengunjungi pelacur, guna memberi uang pengganti agar malam itu sang pelacur tidak menjajakan dirinya. Tujuannya sederhana, dia ingin mengurangi dosa kaum muslimin.

Akhir kisah, jenazah orang itu lalu dishalati oleh Sultan dan segenap ulama besar.

Banyak kisah betebaran tentang Wali Allah yang menyembunyikan dirinya. Saking takutnya dengan pujian orang sampai-sampai mereka gemar membawa air dalam wadah yg biasa digunakan sebagai wadah khamr. Mereka lebih suka diprasangkai sebagai ahli maksiat daripada disanjung sebagai Waliyullah.

Oleh karena itu, saya memilih untuk ber Husnudzan selalu. Yang kita hukumi adalah perbuatannya, bukan orang nya. Bukankah lebih baik kita memprasangkai seseorang sebagai Waliyullah? Jika yang kita prasangkai baik ternyata memang ahli maksiat, tetap kita tidak tahu ending kisahnya bukan?

Dan karena Allah menuruti prasangka hamba-Nya, bisa jadi prasangka baik kita menjadi doa yang dikabulkan Allah dan Allah memberi akhir yang baik pada orang yang kita prasangkai baik.

Merasa diri lebih baik (lebih sholeh) adalah ciri kesombongan. Karena sekali lagi, fasik, munafik, mu’min, Sholeh hingga waliyullah adalah “pangkat” dari Allah. Sejatinya hanya Allah yang tahu persis.

Allah maha pemurah, ada orang yang berakhir baik karena setiap maulud Nabi tiba, dia berdandan dengan wangi dan sangat baik serta bergembira. Barangkali dengan khazanah pengetahuan yang Ia punyai, begitulah cara Ia mencinta Rasulullah. Dan ia lakukan dengan tulus dan ikhlas.

Allah maha penyayang, ada orang yang berakhir baik gegara ia menemukan satu potong kertas dengan lafadz Allah di jalan, lantas ia pungut dan ia perciki dengan minyak wangi. Ia lakukan dgn ikhlas dan rupanya Allah ridha dengan ia yang telah mengharumkan lafadz Allah, maka Allah pun mengharumkan nama dia di dunia dan (Insya Allah) di akhirat.

Karena kita tidak pernah tahu jalan seseorang. Ada seorang salik yang menempuh jalan kewalian dengan segala aral melintang, segala ujian yg berat.

Ada pula yang memperoleh derajat sangat tinggi disisi Allah karena satu dua amalan yang sederhana.

Berprasangka baiklah, Islam itu indah dan mudah.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *