Carl Jung, seorang legenda dalam bidang psikologi membangun tempat persinggahan di lokasi terpencil di dekat danau Zurich pada tahun 1922. Rumah yang Ia sebut sebagai “The tower” tidak dilengkapi dengan listrik. Carl Jung memang sengaja menjadikan The tower sebagai tempat menarik diri dari rutinitas dan kesibukannya sebagai psikolog ternama.

Carl Jung berselisih pendapat dengan Sigmund Freud, raksasa dalam keilmuan psiko-analisis. Untuk mematahkan Sigmund Freud, Carl Jung perlu kesendirian untuk merangkai gagasan besarnya. Satu tahun setelah mengisolasi diri di The tower, lahirlah magnum opus “Psycological types”. Karya ini mengukuhkan Carl Jung sebagai pendiri psikologi analitik. Kemunduran Carl Jung ke danau Zurich bukanlah pelarian dari dunia profesinya melainkan justru sebagai batu loncatan dalam melahirkan karya besar.

Siapa tak kenal Mark Twain dan karya legendarisnya “The adventures of Tom Sawyer”. Mark Twain membuat karya ini ketika mengisolasi diri di New York. Konon keluarganya harus meniup terompet untuk menarik perhatian dia setiap waktu makan.

Bill Gates memiliki tradisi “minggu berpikir” setahun dua kali dimana dia mengisolasi diri hanya untuk membaca dan berpikir besar. J.K Rowling menarik diri ketika Ia merampungkan Harry Potter.

****

Kisah2 diatas saya temukan di buku berjudul “deep work” karya Cal Newport. Cal Newport menyampaikan pesan sederhana bahwa orang2 yang telah melahirkan karya besar umumnya melewati titik kesunyian. Dititik itulah mereka menenangkan diri untuk berpikir tanpa henti (uninterupted thinking).

Berpikir tanpa henti (uninterupted thinking) pada zaman yang penuh distraksi tak semudah membalik telapak tangan. Dulu saya mampu belajar berjam2 tanpa henti. Sekarang susah sekali untuk fokus setengah jam tanpa tergoda untuk membuka sosmed, ngecek group WA, cek email, ngintip detik/kompas.com atau mencari lagu di Youtube.

Saya merasakan pudarnya kemampuan saya untuk fokus dan berpikir atau bekerja tanpa henti. Alhamdulillah, saya menemukan buku “deep work” yang menawarkan kiat2 menjaga fokus pada era sekarang nan sarat distraksi.

Saya sempat terpikir untuk menonaktifkan Facebook dan WhatsApp (salah satu saran dari Cal Newport adalah quit social media). Namun saya urungkan karena disamping efek distraksi yang tak terhindarkan, banyak juga kebaikan dan manfaat yang timbul dari media tersebut.

Goal saya saat ini sederhana, mampu berpikir dan bekerja 4 jam tanpa henti. Barangkali mulai dari formula 20 + 5, yakni 20 menit fokus dan 5 menit jeda. Lantas 1 jam + 10 menit, perlahan ditingkatkan hingga saya kembali mampu untuk berpikir tanpa henti selama 4 jam.

****

Rasulullah SAW melewati masa2 kesendirian di gua Hira sebelum diangkat menjadi Rasul.

Imam Al-Ghazali pun melewati masa2 perenungan dalam kesunyian sebelum menjadi “Hujjatul Islam”.

Bahkan (seingat saya) kitab Ta’limul Muta’alim yang mengajarkan adab bagi pencari ilmu menyarankan sang pencari ilmu untuk tidak bercakap2 selepas Isya.

Kita dianjurkan untuk menghidupkan malam, berpasrah dan melepas diri ditengah keheningan. Rasulullah juga menganjurkan setidaknya selama 10 hari setiap tahun kita melepas diri dari semua aktifitas duniawi (Iktikaf).

****

Karya besar bersanding dengan kesendirian dan gagasan besar lahir dari kesunyian.

Saya teringat pesan guru Fisika SMA saya: “Kalau kamu mau jadi orang luar biasa, maka kamu harus berpikir tidak seperti orang biasa berpikir, tidur tidak seperti orang biasa tidur, makan tidak seperti orang biasa makan, bertindak tidak seperti orang biasa bertindak…”

Saya merasa pencapaian, karya dan prestasi saya tidak jauh diatas rata-rata alias masih dekat dengan mediocre. Jika saya masih ingin melahirkan karya besar, menjalani kesunyian adalah pilihan yang tak terhindarkan.

Tapi itu nanti… Saat ini saya cuma ingin bisa 4 jam berpikir dan bekerja tanpa henti dan kuat menghadapi godaan untuk tidak membuka detik/kompas/cnn, FB, WA, cek email dan youtube.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *