Bismillah..

Beberapa waktu lalu saya posting kegalauan saya terkait tawaran bos untuk stay lebih lama di US atau pulang tahun depan. Alhamdulillah, setelah itu banyak kawan yang menghubungi dan memberi saran. Saya betul-betul bahagia dan berterima kasih atas perhatian kawan2 semua. Terlepas dari apapun keputusan saya nantinya, perhatian kawan2 sungguh membuat saya terharu dan bahagia.

Terima Kasih..

Dari diskusi2 yang ada saya mendapat banyak informasi yang membuat saya tambah bahagia. Ternyata banyak orang Indonesia yang berbuat lebih dari sekedar tugas profesinya (beyond professionalism) dan bertindak melebihi tanggung jawabnya (running extra miles).

Salah satunya adalah orang Indonesia yang menjadi professor di Chicago. Beliau menginisiasi “Garuda ACE Program”, kolaborasi riset dengan orang/institusi Indonesia dimana salah satu gol utamanya mempersiapkan pelajar Indonesia untuk menempuh PhD di Amerika. Sampai saat ini program ini telah mencetak 14 pelajar Indonesia yang sedang menempuh PhD di Amerika.

Sempat pula kontak dengan pimpinan lembaga yang sangat visioner dan sepemahaman saya sedang mendobrak kekakuan birokrasi yang selama ini berjalan dengan “business as usual”.

Sempat pula berdiskusi lama dengan peneliti di satu institusi negeri yang tengah mengkapitalisasi network dan expertise nya guna kemajuan Indonesia.

Ternyata banyak orang Indonesia yang sedang merajut kemajuan ditengah senyap. Ibarat menanam pohon jati, bibit yang mereka tanam mungkin baru terasa sekian puluh tahun kedepan. Namun mereka telah memulai langkahnya. Mereka punya baby step.

****

Profesi dan birokrasi adalah ciri umum modernitas. Gus Baha pernah mengingatkan agar kita berhati2 dengan dikotomi dan pola2 yang menjadi ciri modernitas karena rawan menghilangkan keberkahan.

Sebagai contoh hubungan antara mahasiswa PhD dan professor dipandang sebagai hubungan kerja yang profesional. Mahasiswa bekerja sebagai Teaching atau Research Assistant dalam waktu yang ditetapkan dikontrak dan Professor memberi arahan juga sesuai dengan kontrak kerja mereka.

Namun saya berusaha untuk tidak memposisikan hubungan antara saya dengan prof. saya sebagai hubungan kerja semata. Saya memposisikan diri sebagai murid, sebagai santri yang sedang ngaji Fisika. Oleh karena itu saya berusaha menjalani segala adab dan etika seorang murid. Saya bolak-balik pulang ke Indonesia setelah Prof. saya mengizinkan. Saya melamar postdoc juga setelah Prof. saya memberi lampu hijau.

Alhamdulillah, saya langsung mendapat kerja begitu melamar. UVA adalah lamaran pertama saya. Dua tahun setelah lulus saya masih kontak dengan Prof. saya dan sekarang sedang menyiapkan paper untuk dipublish bersama.

Bill gates pernah menginisiasi program pendidikan senilai 575 juta dollar yang gagal total (coba googling dengan keyword bill gates failed education experiment). Program ini berintikan evaluasi guru dengan memanfaatkan teknologi. Akibatnya guru yang seharusnya sangat dihormati merasakan pengawasan yang terlalu berlebihan. Sekolah pun kehilangan keberkahan.

Disisi lain Pesantren yang dianggap tradisional dan jauh dari modernitas bisa menghasilkan Ulama seperti Gus Baha yang alim dan luar biasa pintar.

****

Allah sudah menetapkan rezeki saya dan keluarga. Meski saya masih berusaha keras untuk tidak khawatir sama sekali.

Berkaitan dengan kegalauan saya untuk stay lebih lama atau pulang, Insya Allah pertimbangan utama saya memang tidak terkait profesi atau karir.

Pertimbangan untuk stay longer lebih karena nggak tega. Ada beberapa komponen vital eksperimen yang terlanjur saya pegang dan mungkin perlu waktu untuk di take over orang lain. Dalam konteks benar-salah, saya tidak salah jika saya pulang atau cari kerjaan lain disini. Namun saya tidak ingin meninggalkan sesuatu yang belum tuntas. Dulu saya pernah beberapa kali melakukan kesalahan besar yakni tidak menjalankan amanah dengan baik atau meninggalkan kerjaan yang belum tuntas. Dan saya bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Saya ingin pergi setelah eksperimen di Fermilab running dengan sukses.

Disamping itu lab. saya saat ini berkaki empat. Selain eksperimen utama di Fermilab, ada 8 proposal eksperimen yang sudah diapprove di Jefferson lab dan tinggal nunggu alokasi beam time. Ada satu eksperimen low-energy nuclear physics di segitiga riset North Carolina. Dan baru-baru ini bos saya diajak gabung CERN (kolaborasi compass). Kebetulan permintaan akan polarized-target expert memang sedang tinggi.

Awalnya ada 3 prof. di lab saya. Yang pertama sudah pensiun. Yang kedua sudah berusia 70 tahun dan berencana pensiun dalam waktu dekat. Beliau kini fokus di funding dan menyerahkan sepenuhnya jalannya eksperimen ke bos saya langsung. Bos saya pernah bilang jika dia belum mengantisipasi sekiranya eksperimen di Fermilab bentrok dengan eksperimen di Jefferson lab. Dan saya berhutang budi dengan bos saya yang sudah mengajari saya banyak sekali hal terkait fisika dan instrumen.

Jika akhirnya saya memutuskan untuk pulang dalam waktu dekat, Insya Allah pertimbangan utamanya adalah pengabdian. Pengabdian terkait kelimuan, pengabdian sebagai Anak dan Menantu, juga pengabdian sebagai murid yang ingin sering silaturahmi ke gurunya.

****

Orang-orang yang saya sebut di awal tulisan adalah orang2 yang bekerja melampaui profesionalism (beyond profesionalism) dan bertindak lebih (running extra miles) dari sekedar rutinitas. Banyak orang-orang seperti ini disekitar kita. Saya mendengar ada guru yang menghampiri rumah2 muridnya yang tidak punya akses pembelajaran online.

Saya teringat kisah pegawai ATC yang meninggal setelah memastikan pesawat batik air berhasil mengudara ketika gempa di Sulawesi. Saya teringat Masinis yang meninggal akibat tabrakan kereta vs truk pengangkut bbm yang nyelonong di perlintasan. Sang masinis punya waktu cukup untuk menyelamatkan diri namun Ia memilih untuk memastikan penumpang di gerbong pertama untuk pindah ke gerbong belakang guna meminimalisi korban.

Dan saya teringat ribuan tenaga kesehatan yang kini bekerja ekstra keras ditengah badai Covid.

Orang2 seperti ini yang membuat saya optimis dengan masa depan Indonesia. Orang2 yang running extra miles.

*****

Terakhir saya juga ingin berbagi info membahagiakan yang saya dapat belum lama ini. Saya iseng memeriksa di google scholar nama-nama yang masuk “500 daftar peneliti terbaik Indonesia versi sinta”. Ternyata keren-keren. Banyak peneliti dengan talenta yang mumpuni.

Saya juga baru mengecek peneliti2 muda Indonesia yang sitasinya banyak. Kabar baiknya adalah orang-orang keren ini bertebaran dimana2 dan tidak menumpuk di Universitas2 favorit. Meskipun saat ini masih berkumpul di Jawa. Semoga kedepannya lebih tersebar lagi ke luar Jawa.

Baru beberapa bulan ini saya gabung group Ikatan Alumni ITB North America. Iseng saya cek profil anggotanya dan ternyata banyak orang-orang keren yang namanya belum pernah saya kenal sebelumnya, tersebar di berbagai bidang dari Arsitek, real estate hingga venture capital.

Indonesia sebenarnya tidak kekurangan orang keren dengan talenta yang oke. Semoga semakin banyak orang2 keren yang berkenan untuk bertindak beyond professionalism dan running extra miles.

****

Indonesia terlalu besar untuk diampu segelintir orang. Semoga kita bisa meneladai orang2 yang bertindak “beyond professionalism” dan berbuat “running extra miles”.

Hidup ini singkat. Sayang jika dilewatkan hanya untuk mengejar apa2 yang sebenarnya sudah ditetapkan.

Charlottesville, October 2020

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *