Beberapa saat lalu saya pernah berseloroh, bahwa beberapa dekade kedepan kita akan melihat dunia yang sama sekali berbeda dengan apa yg kita lihat saat ini. Nampaknya, prediksi saya lebih cepat menjadi kenyataan.

1. Dimana Iran?

Wallstreet journal yg saya baca hari ini memberi kabar terkait Boeing yg menjual 80 pesawat ke Iran air. Nilai transaksi terbesar sejak diberlakukannya sanksi atas iran. Tindak lanjut dari pencabutan sanksi ekonomi dengan dalih kesediaan iran melucuti senjata nuklirnya. Apa memang benar demikian maksud amerika?

Saya jarang mendengar Iran disebut dalam konflik suriah. Kita lebih sering mendengar rezim bashar disokong full rusia, bukan Iran. Padahal, sebagai (konon) penganut syiah alawiah, sangat wajar jika iran mensupport total bashar.

Seperti halnya Obama yang berkunjung dan menormalisasi hubungan ke Kuba, saya membaca bahwa Langkah obama ini bertujuan untuk menjauhkan rusia dari “temannya”. Saya kira pelucutan nuklir hanya dalih di media saja. Pesan utama Obama sebenarnya adalah : Jauhi Rusia, saya akan bantu anda.

Wajar jika dua sekutu Amerika yakni Israel dan Saudi “panas” dengan mencairnya hubungan US-Iran. KePedean Amerika tak lepas dari produksi minyak US yg berlebih di offshore dekat Texas dan Lousiana. Sederhananya, US skarang bisa bilang : Gw nggak segitunya butuh minyak dr Lu lagi ke Saudi.

Amerika saat ini sudah lepas dari ketergantungan minyak, apalagi dengan adanya teknologi Shale oil and gas.

Ada konstelasi geopolitik yg baru dan aneh akhir2 ini.

2. Kemana Amerika?

Awal mula ketika Trump naik, saya sering menjadikan dia bahan bercandaan dgn kawan saya. Sampai akhirnya saya terkejut berat melihat popularitas dia yg terus melejit. Harus diakui Trump mewakili kegelisahan mayoritas rakyat amerika, trutama warga kulit putih yang masih mengidamkan “white supremacy”.

Sebagai anak kostan pemburu makanan gratisan atau murah, saya kerap menghadiri “One Dollar Breakfast”. Saya melihat meja2 di Union penuh. namun yg menggelitik adalah meja meja itu terkotak2 : Kalau tidak semuanya berisi student kulit hitam, ya semuanya berisi kulit putih.

Teman saya juga pernah memotret satu foto yg menggelikan. Ketika ada kunjungan anak2 SD, Teman saya melihat bahwa anak2 hanya berbaur dengan yang “sewarna”. Jadi ada “jurang” antar ras yang nyata bahkan sejak usia kanak2 di Amerika.

Bagi warga kulit putih, problemnya adalah mereka merasa kian tersingkir. Pertama, tingkat perceraian di US itu sangat2 tinggi. Terutama di keluarga2 kulit putih hingga banyak yg sudah tidak mempercayai institusi pernikahan.

Hal ini berkebalikan dengan orang hispanik/latin yang masih family centris, cenderung beranak banyak. Maka pertumbuhan mereka pun bombastis. Diprediksikan, beberapa saat kedepan Amerika akan didominasi oleh Hispanik.

Saya cermati murid murid saya pun kental dengan tipe last name rodriguez dan jimenez.

Jadi jelaslah asal muasal kenapa Trump ingin membangun tembok besar di perbatasan Meksiko. Dari sisi kepentingan “white”, semua omongan trump sebenarnya sangat logis.

Saat ini, kalau kita ke wallstreet atau melihat saturday night live, kita akan melihat banyak pekerja/aktor berhidung bengkok, berambut coklat (Yahudi). Namun lambat laun cerita2 semacam org India yg menjadi CEO google mulai menjamur.

Saat ini kelompok terkaya amerika sudah bukan lagi white american, melainkan Asian American.

Dan masih banyak contoh lainnya di kepala saya. Contoh contoh tentang mulai tersingkirnya White American.

Nah, kira kira Amerika seperti apa ketika sudah diDominasi Hispanik? Amerika seperti apa ketika Asian American sudah menguasai sektor2 strategis.

Apakah kita akan mengharapkan Amerika yg lebih ramah dan tak lagi arogan?

Yang jelas, akan ada konstelasi geopolitik yang sama sekali berbeda.

****

3. Masa depan sistem ekonomi dunia?

“The End of Economic Forecasting”, satu judul yg menarik tertulis di kolom opini Wallstreet Journal by Roger Altman. Roger Altman adalah mantan sekretaris deputi di jaman clinton.

Kata beliau, dua tahun lalu the Energy Information Administration (EIA), satu lembaga yang punya reputasi terkemuka dalam meramal urusan energi mengatakan bahwa harga minyak akan stabil di $90 per barrel, tingkat terendahnya di $70 per barrel.

Prediksi yang jauh meleset bukan?nyatanya minyak terjun bebas sampai menyentuh $29, berimbas hampir brangkutnya Venezuela (kontraksi -8.8%) dan defisit nya Saudi Arabia.

Dua tahun lalu IMF meramalkan pertumbuhan ekonomi dunia, dimotori “emerging market” seperti Brazil dan Rusia.

Kenyataanya kedua negara tersebut resesi dengan pertumbuhan negatif : Rusia dengan -1.2% dan Brazil dengan -5.5% sampai presiden Dilma Roussef terdepak di tengah jalan.

Contoh lainnya adalah ramalan suku bunga yang juga jauh meleset, kesimpulannya ekonomi dunia saat ini betul betul liar, tak terkontrol, labil, volatile dan unpredictable.

But, Why?

Tertuduh utamanya adalah sektor finansial yang bergerak terlalu liar. dengan berbagai produk dan instrumen finansial yang terlalu canggih tapi rentan. Pasar keuangan yang sifat alaminya adalah “volatile”, kini makin berkuasa dan mencengkeram sektor2 lain. Menyebabkan ekonomi dunia turut menjadi “volatile” dan unpredictable.

Contohnya kalau kita ingat krisis 2008 lalu, ada hutang pada orang yg sebenarnya tidak layak diberi kredit (subprime mortgage). Lantas hutang itu dijual, lalu hutang itu digabung dengan kredit2 lain (pension loan, student loan etc), lalu gabungan hutang itu diAsuransikan, lalu dijual kembali. Canggih bukan?

80% transaksi perdagangan minyak dunia berlangsung antara institusi keuangan, bukan antara produsen dengan user. Maka minyak telah menjadi instrumen finansial, seperti halnya emas.

Begitu pula dengan China yang performa ekonomi nya sudah tidak “sekinclong” beberapa tahun lalu. Rezim China yang sangat efektif dalam mengontrol pun takluk dengan pasar keuangan.

Jadi, pasar keuangan yang liar adalah biang kerok semuanya.

Gerakan perlawanan?

Sebenarnya ini bukan cerita baru. yang menarik adalah mencermati sejauh mana gerakan2 perlawanan terhadap sistem yang menjadi biang kerok tersebut.

Di lembah silicon, sedang berlangsung upaya untuk mendirikan bursa saham tandingan. Mengingat pasar keuangan yang ada saat ini memaksa 80% CFO untuk memenuhi kepentingan jangka pendek shareholder (Survey Harvard business review), maka hal ini sangat berbahaya bagi dunia start up yang sangat memerlukan Nafas panjang.

Pendirian bursa tandingan ini dimotori Eric Ries (penulis the lean startup), bertujuan mendirikan bursa yang lebih ramah pada start up company.

Beberapa tahun lalu muncul gerakan “occupy wallstreet”. Bahkan di pemilu US kali ini muncul Bernie Sanders yang terang2an mengatakan salah satu visinya adalah mereformasi wallstreet. Meski dia tidak terpilih, tapi popularitasnya yang tinggi mencerminkan tidak sedikit warga US yg menginginkan perubahan.

Sejauh mana upaya2 perlawanan ini akan membuahkan hasil? Bagaimana dengan di Indonesia?

Indonesia yang mayoritas warganya Muslim, tentulah wajar jika melihat ini dari perspektif fikih. Yakni sesederhana apakah pasar finansial ini mengandung Riba?

Maka gerakan perlawanan di Indonesia berorientasi untuk membentuk institusi ekonomi syariah, yang dipercaya akan lebih membawa keadilan dan kesejahteraan, juga bebas dari unsur riba.

Maka (AlhamduLillah) kini banyak bertumbuh Bank Syariah, asuransi syariah, Baitul Mal Wa Tamwil. Ada kawan yang mendirikan Shariah property, ada yang menginisiasi sedekah rombongan untuk membebaskan orang dari jerat rentenir.

Lantas akan sampai mana? We will see..

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *