Silicon valley, satu area yang terletak di bagian selatan San fransisco bay dan sebelah utara state california ini adalah tempat lahirnya berbagai perusahaan fenomenal seperti Hewlett Packard (HP), Apple hingga Google. Silicon valley menjadi model sempurna tentang bagaimana universitas (dalam hal ini, jantungnya adalah Stanford), perusahaan, venture capital dan government funding mampu berkolaborasi dengan sangat elok. Boleh dikata, silicon valley adalah salah satu pilar kedigdayaan Amerika saat ini.

Maka wajar jika berbagai pihak ingin meng-copy kesuksesan silicon valley. Sejak tahun 1960 hingga kini telah ada ratusan upaya untuk mengcopy silicon valley, diantaranya adalah Bandung dengan gagasan BHTV nya (Bandung High Tech Valley) atau yang kini disebut sebagai Bandung Digital Valley. Faktanya, belum ada satupun yang mampu menyaingi kesuksesan Silicon Valley, termasuk di Amerika.

Barangkali, mengapa kesuksesan silicon valley sangat susah untuk di copy merupakan salah satu misteri terbesar abad ini.

*****

Salah satu upaya pertama mengcopy silicon valley dilakukan di New Jersey. Saat itu New Jersey telah memiliki 700an perusahaan teknologi terkemuka. Diantaranya adalah raksasa Bell Lab; inventor transistor dan juga raksasa farmasi Merck. New Jersey juga memiliki Princeton University serta Institut of Advanced Study Princeton, tempat Albert Einstein menghabiskan masa tuanya.

Ketika rencana menciptakan silicon valley ditetapkan, mereka merekrut Frederick Terman; seseoang yang dianggap sebagai founding father silicon valley. Terman sejatinya hanyalah seorang professor dan mantan dekan di fakultas teknik Standford. Namun berkat tangan dinginnya, dia mampu membesarkan silicon valley.

Pada akhirnya, silicon valley gagal dicopy di New Jersey, juga ditempat lain seperti di Dallas, Texas. Orang mengira bahwa Silicon Valley hanyalah perkawinan antara universitas, industri, start up, venture capital dan insentif pemerintah. Oleh karena itu, resep yang lazimnya dicoba adalah pilih industri yang hot, bangun science park, kampus, beri insentif pajak agar industri dan start up mendekat, alokasikan government funding. Singkat kata, kumpulkanlah semua komponen tersebut di satu area. Namun upaya ini terbukti tak berhasil.

Rute 128 yang berada di Boston dan di gawangi oleh MIT-Harvard telah ada sebelum Silicon Valley. Area ini juga sejatinya lebih dekat ke Industri secara geografis dibanding silicon valley. Namun area ini tetap kalah jauh pamornya di banding silicon valley.

*****

Sudah ada beberapa buku yang mengupas mengapa silicon valley susah untuk di copy. Benang merahnya (lagi-lagi) adalah perkara Budaya, terutama terkait kolaborasi dan diversitas. Sillicon Valley gagal di copy di New Jersey karena perusahaan2 enggan menjalin partnership, juga enggan berbagi researcher nya. Mereka enggan berkolaborasi dengan kompetitornya.

Sementara itu orang2 silicon valley mampu berkolaborasi sekaligus juga berkompetisi. Para profesional saling berjejaring, memungkinkan pertukaran informasi. Terdapat ekosistem yang membuat orang2 giat bereksperimen, mengambil resiko serta bertukar cerita sukses dan gagal. Mengutip artikel d MIT Technology review : “Silicon Valley was an open system—a giant, real-world social network that existed long before Facebook.”

Fakta menarik lainnya adalah lebih dari separuh perusahaan start up di Silicon Valley memiliki founder setidaknya satu imigran. Restoran di google tak hanya menyediakan burger khas amerika, melainkan kari India atau masakan China. Diversitas ini adalah salah satu keunggulan silicon valley.

*****

Beberapa minggu lalu Laboratorium Nuklir dikampus saya meresmikan beroperasinya satu spektrometer baru. Spektrometer ini dulu milik Yale University. Namun karena Yale menutup fasilitas dan riset nuklirnya maka FSU mendapat berkah limpahan beberapa alatnya. Kata salah satu Professor saya, yang menyebabkan matinya riset nuklir di Yale adalah : “They Don’t hire young people!”

Beberapa minggu lalu group kami juga merekrut faculty baru. Dari sekian banyak pelamar, dipilihlah 4 kandidat

terbaik

yang diundang ke FSU. Yang mengagetkan adalah mereka masih sangat muda. Beberapa bahkan sedang menjalani postdoc untuk pertama kalinya atau baru dua tahun lulus S3.

Sebenarnya ada kandidat lain yang kepakarannya tidak diragukan. Namun bidang riset nya persis sama dengan bidang riset professor saya. Oleh karena itu, bukan kandidat tersebut yang dipilih. Kata Professor saya :” Kita butuh sudut pandang baru, kita perlu ide-ide baru!”

*****

Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau langsung mempersaudarakan antara kaum Anshar (madinah) dan Muhajir (Mekah). Dua budaya yang berbeda disatukan (orang mekah cenderung lebih keras dibanding orang Madinah).

Usamah bin Zaid diangkat menjadi panglima oleh Rasulullah ketika usianya belum genap 20 tahun. Rasulullah juga sangat terbuka dan menerima ide dari Salman Al farisi untuk membuat parit ketika perang Khandaq. Padahal strategi semacam itu tak pernah ada dan dikenal sebelumnya di Jazirah Arab.

Indonesia memiliki Bhinneka Tunggal Ika. Amerika maju karena mampu mengelola keberagamannya. Yugoslavia pecah karena gagal mengelola keberagamannya. Seluruh manusia Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua, hingga warga keturunan Arab dan China adalah aset bangsa.

Seperti halnya Amerika, kita akan menjadi kuat jika mampu mengelola keberagaman ini. Saya dulu heran mengapa saya perlu mencantumkan identitas etnis ketika mendaftar sekolah di Amerika. Rupanya mereka menjadikan diversitas dan keberagaman sebagai salah satu pertimbangan. Amerika bukan hanya mengelola keberagaman, mereka bahkan menciptakan keberagaman.

Maka mantra-mantra favorit saya saat ini adalah : Produktivitas, kreativitas, kolaborasi dan budaya apresiasi.

Maka kita perlu belajar untuk berbeda, memfasilitasi ide-ide baru dan mendorong anak-anak muda. Dengan demikian terciptalah ekosistem yang mendorong orang2 untuk berani mencoba, berkreasi dan bereksperimen.

Karena bisa berkolaborasi dalam satu kelompok yang seragam memang oke, namun mampu berkolaborasi dalam kelompok yang beragam barulah keren.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *