Pertama, saya ingin berbagi kebahagiaan. Ada banyak hal yang harus saya selesaikan dan urus setengah tahun terakhir. Menjelang dan selama kepulangan saya ke Indonesia untuk menjemput keluarga dan menghadiri pernikahan adik, saya harus mengurus perpanjangan visa, pembuatan paspor dan visa untuk keluarga, membantu mengurus pernikahan adik, persiapan keberangkatan dan terutama mencari pekerjaan dsb.

Sesampainya di US, saya harus menyelesaikan disertasi, menyelesaikan riset dan paper, mengurus sim dan mencari mobil, mengurus sekolah anak, mencari apartemen baru di Virginia, menjual barang2 di apartemen, menyiapkan kepindahan ke Virginia dan tak kalah penting mengupayakan agar anak betah di Amerika dengan mengajaknya ke berbagai tempat: Lego club, berbagai taman dan play ground, museum pesawat hingga aquarium terbesar.

Dan sebagainya.. pada intinya banyak sekali hal yang harus saya urus dan selesaikan dan Alhamdulillah semuanya terurus dengan baik, bisa dibilang saya jauh dari stres ketika menyelesaikan disertasi sembari mengurus banyak hal lainnya.

Yang ingin saya share adalah tips dibalik “kesuksesan” saya memanage banyak hal tersebut.

******

Saya menyukai buku2 yang berkaitan dengan produktivitas. Salah satu favorit saya adalah buku berjudul “Getting things done: The art of stress-free productivity”. Inti buku ini sebenarnya sederhana: “Kepala harus selalu kosong!” maksudnya adalah kosong dari “kepikiran”. Karena “kepikiran” berbeda jauh dengan “berpikir”. kepikiran membuat stres sedangkan berpikir membuat masalah selesai.

Jadi kalau tiba-tiba kepala terisi dengan sesuatu (kepikiran), jika sesuatu itu bisa dilakukan kurang dari 10 menit, maka Do it NOW. Contohnya seperti: “Saya harus kirim email ke seseorang”.

Jika sesuatu itu memerlukan waktu panjang, langsung saya kosongkan kepala dengan menuliskannya ke “keranjang”. Sesuatu itu bisa semacam mencari apartmen, mengurus SIM atau memperdalam Quantum Field Theory. Apapun yang membuat kita “kepikiran”, langsung saya tuliskan di “keranjang”.

Lantas, secara berkala (biasanya tiap malam) atau maksimal sekali seminggu, keranjang tersebut saya kosongkan. Saya kosongkan keranjang dengan memecah kerjaan menjadi blok-blok list to do yang kecil. Contohnya, syarat pertama mengurus SIM adalah mendengarkan 4 jam online course tentang bahaya drug dan alcohol. Karena ini sangat membosankan, maka saya bagi kerjaan ini menjadi 15 menit setiap hari.

Stres terjadi jika kepala atau keranjang kita penuh. Kuncinya adalah kosongkan kepala dengan meletakan “kepikiran” ke keranjang, dan kosongkan keranjang dengan membagi blok “kepikiran” menjadi blok-blok kerjaan kecil. Maka List to do harian saya akan berbunyi: dengarkan online course 15 menit, tulis disertasi 2 halaman, baca buku chapter atau sub chapter sekian dsb.

Dan fokus tiap hari adalah disiplin untuk menyelesaikan semua list to do harian. Setiap malam, ada kepuasan tersendiri ketika beranjak tidur dalam kondisi semua list terlaksana.

Alhamdulillah.. It works.. Saya nggak begitu kerasa ketika tiba-tiba disertasi saya sudah selesai.

******

Tips diatas mungkin hanya menentukan 10% dari keberhasilan. Ada faktor lain yang menjadi penentu 90%.

Managemen waktu itu mudah, yang susah adalah managemen pikiran. Dan yang lebih susah dari management pikiran adalah managemen hati. Jika hati gelisah, pikiran kalut, managemen waktu pun berantakan.

Maka ada dua kunci utama yang ingin saya bagi:

Pertama, sahabat Ali bin abi thalib mengajarkan:

“Barangsiapa membereskan hubungan antara dirinya dengan Allah, niscaya Allah akan membereskan hubungan antara dia dan manusia semuanya. Barangsiapa membereskan urusan akhiratnya, niscaya Allah akan membereskan baginya urusan dunianya. Barangsiapa selalu menjadi penasihat yang baik bagi dirinya, niscaya Allah akan menjaganya dari segala bencana.”

Jadi kunci pertama adalah perbaiki hubungan kita dengan Allah. Saya lulus SIM setelah ujian yang keempat kalinya. Ketika saya gagal tiga kali, saya mencoba bertanya:”Apa yang salah?” Dan di waktu2 itu, shalat subuh saya kesiangan beberapa kali. Dan bukan hanya perkara SIM, beberapa urusan lain pun berantakan.

Jadi sebelum menuliskan list to do harian/mingguan, prioritas pertama adalah tuliskan amalan2 harian. Meskipun cuma Tilawah dua lembar atau Qiyamul lail Shalat witir satu rakaat. Yang utama tentu saja Shalat berjamaah.

Saya masih kesulitan untuk Istiqomah, tapi Allah sayang sama saya. Biasanya urusan menjadi agak ribet dan berantakan kalau amalan saya sedang kendor. Ini adalah teguran dari Allah yang sangat saya syukuri.

Kunci kedua:

Ada variabel yang under control, ada variabel yang tidak under control. Stres itu muncul ketika kita merisaukan variabel2 yang tidak under control. Terkait hal ini ada nasihat dari Imam syafi’i:

“Was-was dan ketakutan terus menerus akan terjadinya musibah, selalu cemas takut akan kehilangan nikmat.

Semua hal ini adalah bentuk prasangka buruk kepada ALLAH SWT”

Dan Allah menuruti prasangka hamba-Nya. Was-was yang berlebihan, risau yang terus menerus adalah bentuk prasangka buruk dan keraguan akan perlindungan, janji dan kasih sayang Allah. Bukankah Allah menuruti prasangka hamba-Nya?

Bukankah Allah maha mencukupi kebutuhan hamba-Nya?

Saya membawa istri dan anak ke Amerika sebelum saya dapat kepastian kerja. Karena saya yakin bahwa Rejeki seseorang sudah ada takarannya. Alhamdulillah, saya dapat kabar baik dihari pertama saya ngantor.

kalau kata Maher zain:

Don’t despair and never loose hope

Cause Allah is always by your side

Turn to Allah

He’s never far away

Put your trust in Him

Raise your hands and pray

Ooo Ya Allah

Guide my steps don’t let me go astray

You’re the only one that showed me the way,

*****

Ya Allah jadikanlah hamba orang yang selalu bersyukur

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *