Ada berbagai bentuk manifestasi cinta seseorang kepada kekasih hatinya. Ada seseorang yang cintanya kepada kanjeng Rasul termanifestasikan dalam kerinduannya kepada Madinah. Hatinya selalu diliputi keinginan untuk berkunjung ke tanah haram.
Berbeda dengan sahabat Bilal, kecintaanya kepada Rasulullah membuat beliau tak sanggup lagi tinggal di Madinah sepeninggal baginda Rasul. Bahkan Bilal pun tak sanggup lagi menyelesaikan adzan karena setiap sampai pada kalimat “…. Asyhadu anna Muhammad… ” Bilal selalu menangis sesenggukan, teringat semua kenangan indah bersama Rasulullah.
Kini setiap sudut kota Madinah selalu menampakan kenangan akan Rasulullah. Di benak bilal selalu terngiang “Ah.. Dulu Rasulullah pernah berjalan dsini.” .. “Dulu Rasulullah pernah duduk disini.. “
Akhirnya Bilal pun memutuskan untuk berhenti Adzan. Karena memang tak sanggup Ia selesaikan. Bahkan pada akhirnya Bilal memutuskan untuk keluar kota Madinah. Bilal tak sanggup lagi tinggal di Kota yang setiap sudutnya selalu mengingatkan dia pada kekasih hatinya, Rasulullah SAW.
Saya selalu tersentuh dan berkaca2 setiap membaca kisah tentang Adzan terakhir sahabat Bilal. Karena inilah maka anak ketiga saya yang lahir 3 bulan lalu kami beri nama Bilal. Semoga kelak anak saya bisa mencintai Rasulullah seperti cintanya Sahabat Bilal Bin Rabah.
*****
Tiga anak kami lahir di tiga pulau yang berbeda. Anak pertama lahir di Purwokerto (Jawa), anak kedua lahir di Balikpapan (Kalimantan), dan anak ketiga lahir di Charlottesville (Amerika). Tempat lahir putra/i kami menandai perjalanan pernikahan kami selama 9 tahun ini. Tahun lahir putra/i kami juga menandai perjalanan akademik saya. Kebetulan anak pertama lahir saat saya sarjana, anak kedua lahir saat saya merampungkan S2, dan anak ketiga lahir setelah saya lulus S3.
Namun yang merekam perjalanan pemikiran saya adalah bagaimana cita-cita saya tentang pencapaian anak.
Lazimnya orang tua yang ingin anaknya meneruskan jejak dirinya, saya ingin anak pertama dan kedua saya kelak berkecimpung di dunia science atau engineering. Insya Allah pada akhirnya nanti saya akan membebaskan pilihan karir anak, namun berbagai trik dan propaganda mulai saya lakukan sejak dini demi menggiring kecenderungan anak ke dunia science dan engineering. Contonhya seperti road trip ke air and space museum, natural history of museum dll.
Bahkan saya punya kecenderungan spesifik. Saya ingin anak pertama saya kelak menjadi ahli di dunia aerospace engineering dan anak kedua saya menjadi dokter spesialis syaraf.
*****
Beberapa tahun terakhir saya (dan istri) mulai belajar memilah apa yang sesungguhnya berharga di dunia dan terutama kehidupan setelah dunia berakhir.
Singkat kata dan singkat cerita, saya jatuh cinta kepada dunia pesantren. Terutama pesantren NU yang salah satu fondasinya adalah keseimbangan antara Fiqih dan Tasawuf.
Satu hal yang kami syukuri adalah perjodohan online/virtual kami dengan Gus Baha, ulama NU yang kini dikenal sebagai ulamanya kaum papa. Ceramah2 Gus Baha menyejukan, beliau selalu menekankan bahwa Allah sungguh penyayang.
Sejak Bilal di kandungan, istri sering memperdengarkan ceramah Gus Baha. Hampir saja kami memberi nama tengah Bahauddin kepada Bilal. Namun akhirnya kami undur diri. Kami sadar diri bahwa kami belum sanggup untuk tirakat agar putra kami menjadi alim seperti Gus Baha.
Cita-cita kami kini sederhana. Semoga Bilal kelak berjodoh menjadi santrinya Gus Baha.
Dan setelah pulang ke Indonesia nanti saya berencana mengajak anak2 untuk road trip berkeliling jawa, bersilaturahmi ke Habib Luthfi, Gus Baha, Gus Mus, Habib Novel juga berziarah ke Makam Gus Dur, Mbah Hasyim.. Qodarullah, Allah memanggil Mbah Maimun sebelum saya berjodoh bersilaturahmi dengan beliau, semoga nanti saya berjodoh untuk berziarah ke Ma’la.
****
9 tahun pernikahan..
Perjalanan saya bermula dari pencarian akan intisari peradaban. Jauh sudah saya berkelana ke dunia barat, pada akhirnya saya menyadari bahwa mutiara itu ada disana.. di Nusantara… di Indonesia.