Malcolm Gladwell dalam bukunya berjudul “tipping point” menjelaskan berbagai fenomena tentang suatu hal kecil dan terlihat remeh namun memberi dampak sangat besar dalam waktu singkat. Contoh pertama yang Ia angkat adalah menurunnya tingkat kriminalitas di NewYork City (NYC) secara drastis dalam waktu singkat.

NYC dulu adalah kota yang sangat tidak aman. Angka pembunuhan, pencurian demikian tinggi. NYC juga terlihat kumuh karena coretan grafiti yang tersebar di berbagai sudut kota.

William Bratton, kepala polisi NYC bekerjasama dengan direktur subway lantas fokus kepada dua hal: Membersihkan grafiti di terminal dan jalur subway serta menangkap orang2 yang tidak membayar tiket.

Kebijakan ini tentu mengundang kritik. Dengan segala perkara pembunuhan dan kejahatan tingkat tinggi lainnya mengapa Bratton harus fokus kepada kejahatan kecil: grafiti dan tidak bayar tiket.

Barangkali Bratton percaya dengan “Broken window theory”. Teori terkait kriminologi ini menyatakan bahwa tanda yang nyata (visible sign) tentang kriminalitas dan kekacauan akan mengundang kriminalitas dan kekacauan lain ibarat bola salju yang terus membesar. Orang yang melewati sebuah rumah dengan jendela pecah akan berpikir bahwa rumah ini tak terurus atau kosong. Orang ini mungkin akan mencorat-coret tembok. Orang2 berikutnya akan berpikir bahwa ini adalah lokasi tepat untuk melakukan kriminalitas semacam transaksi narkoba.

Bratton mengerahkan segenap kru nya untuk sigap membersihkan grafiti. Grafiti yang terdeteksi langsung dibersihkan hingga esok hari sudah bersih kembali. Demikian juga orang2 yang tak membayar tiket subway. Bratton percaya bahwa grifiti adalah simbol runtuhnya sebuah sistem. Dia harus memenangkan perang terhadap grafiti liar.

Tak disangka, dua fokus yang terlihat “remeh” ini malah menurunkan keseluruhan angka kriminalitas NYC dengan drastis.

*****

Kita pernah menyaksikan beberapa pejabat publik Indonesia yang menemukan titik peka dalam kebijakannya. Banyak orang mengakui keberhasilan Jonan ketika memimpin PT KAI. Ketika Jonan memimpin KAI, fokus pertama dia bukan pengadaan atau peremajaan armada, atau evaluasi rute dan jadwal. Yang Jonan fokuskan adalah menegakan aturan tiket (mirip dengan NYC) dan menegakan aturan tanpa rokok di kereta. Ternyata keberhasilan di dua hal yang terkesan “kecil” ini mengundang keberhasilan2 lain.

Susi Pudjiastuti tidak memulai fokusnya dengan pengadaan kapal, pembiayaan nelayan atau budidaya produk laut. Dia fokus dengan penenggelaman kapal pencuri. Tak lama setelah satgas 115 dibentuk dengan tugas menjaga perbatasan dan menenggelamkan kapal pencuri, Indonesia menjadi eksportir tuna terbesar di dunia.

Dulu saya mengira kebijakan Gus Dur mengakhiri larangan perayaan imlek dan mengubah nama irian menjadi papua adalah kebijakan remeh. Setelah berbincang dengan beberapa kawan dari etnis Tionghoa serta kawan dari papua, saya baru sadar bahwa kebijakan “simple” ini sangat besar dampaknya. Wajar jika kawan2 saya tersebut sangat menaruh hormat dan simpati pada Gus Dur.

Dengan situasi Jepang saat itu, sungguh tidak logis pemerintah Jepang mendorong pembangunan Shinkansen. Jepang memang perlu kereta, namun kenapa harus kereta supercepat? Kenapa bukan jalan raya? Kenapa bukan moda transportasi lainnya? Logika ekonomi nya nggak nyambung. Namun, Shinkansen memang tidak berdasar pada hitungan ekonomi. Shinkansen menyasar nasionalisme dan memulihkan kepercayaan diri Jepang. Begitu Shinkansen terwujud Jepang sangat percaya diri dan tumbuh menjadi negara industri yang kuat.

*****

Saya meyakini bahwa titik peka ada namun tersembunyi disemua lini. Kita perlu menemukan titik peka-titik peka tersebut. Kita perlu tahu kebijakan apa di ranah pendidikan yang menyentuh titik peka Indonesia. Kita perlu mengungkap titik mana yang akan membangkitkan ekonomi Indonesia?

Semoga akan ada orang2 yang menemukan dan mengimplementasikannya

*****

Dalam ranah pribadi kita perlu berhati-hati. Karena sesungguhnya tidak ada beda antara hal kecil atau hal besar.

Kita semua punya “broken window”, pilihan kita untuk memperbaikinya atau membiarkannya. Sebagai contoh, mungkin kita berniat untuk menyelesaikan pekerjaan atau hal baik lainnya. Lalu kita tergoda untuk membuka sosmed (broken window). “Ah cuma satu menit aja.” pikir kita. Berikutnya mungkin kita membuka youtube dan mendengarkan lagu favorit selama 3 menit. Berikutnya membaca berita selama 15 menit dan sebagainya.

Kebiasaan kecil mendefinisikan diri kita.

Semoga bermanfaat

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *