Perjalanan Hidup (Di Persimpangan Jalan)

Sebenarnya saya sudah ingin pulang tahun depan, selepas menggenapkan 3 tahun Postdoc di UVA. Sempat pula menjalin kontak terkait dimana kaki saya berpijak di Indonesia nanti. Cita-cita saya sederhana. Saya ingin mengajar Teori Medan Kuantum (saya langsung jatuh cinta pertama kali kenal dengan keilmuan ini) dan Fisika partikel.

Satu hal yang harus saya syukuri adalah pak bos tampaknya senang dengan kerjaan saya. Beliau ingin saya stay, menawarkan untuk mensponsori apapun jenis “kartu” yang saya perlukan (Visa kerja atau Green Card).

Saya selalu berusaha untuk bersyukur dan berprasangka baik pada Allah. Banyak sekali keputusan2 besar dalam hidup yang saya ambil seperti melempar koin. Namun barangkali ini saatnya saya berpikir masak-masak sebelum mengambil keputusan.

Hal yang “mencondongkan” saya untuk stay lebih lama adalah keinginan untuk menuntaskan apa yang saya mulai. Saya tidak menganggap diri saya ini sangat penting dan berperan vital dalam eksperimen di Fermilab. Namun ada beberapa learning curve yang memang lama dan mahal. Terutama dengan posisi saya yang diharapkan menjadi “polarized-target expert”.

Sebagai contoh saya pernah melakukan “practice cool-down” untuk mempolarisasi target dalam suhu 1 Kelvin (-272 celcius) selama 3 minggu menggunakan Liquid Helium. Harga Liquid Helium sekitar $12 per liter. Dalam satu hari kami menghabiskan sekitar 120 liter. Untuk cool down selama 3 minggu (plus Nitrogen cair dll) membutuhkan biaya sekitar 500 juta. Dua kali saya menjalani practice cool-down. Berarti lab sudah mengeluarkan sekitar~1M untuk mentraining saya dan postdoc lain.

Problemnya adalah postdoc lain sudah cabut dari lab dan berkarir sebagai software engineer (Software engineer dan data scientist adalah pelarian umum bagi particle physicist yang keluar dari dunia akademik). Apalagi ada beberapa instrumen cryogenic dan superkonduktor magnet yang saya terlanjur familiar. Keberlangsungan eksperimen di Fermilab yang dijadwalkan berlangsung 1 tahun bergantung pada ketersediaan polarized-target expert yang siap stand by kapanpun diperlukan. Apalagi ada kemungkinan eksperimen ini akan bentrok jadwal dengan eksperimen di JLab.

Namun ada banyak hal mencondongkan saya untuk pulang. Banyak hal yang terangkum dalam satu kata: Rindu. Sepertinya (semoga benar) bekal saya mengajar sudah cukup dan bervariasi: Software (Data sains,Machine Learning), Hardware (LabView), dan Matkul2 Fisika seperti Fisika Kuantum, partikel dan teori medan quantum. Ide riset pun Insya Allah ada beberapa. Saya kangen ngajar.

Jika saya stay, ada kemungkinan (perlu perjuangan tentunya) karir saya naik bertahap menjadi Research Professor atau staf scientist. Karir yang mengandung sisi nggak enak. Staf scientist atau Research Professor biasanya menjadi tulang punggung di eksperimen2 di JLab atau Fermilab karena mereka tidak berkewajiban mengajar jadi bisa stand by selama eksperimen berlangsung.

Nggak enaknya adalah harus siap dipanggil kapanpun diperlukan ketika eksperimen berlangsung, meski jam 2 dini hari.

Jika saya pulang, saya bisa mulai menulis sembari mengajar. Ulama2 terdahulu bisa menulis beratus2 Kitab. Sudah belasan tahun saya “ngaji” fisika namun belum ada satu kitab fisika pun yang saya tulis. Cita-cita saya lainnya adalah menulis kitab-kitab fisika seperti kitab fisika partikel, kitab fisika modern, dll

Bismillah.. Mohon doanya kawan. Semoga Allah menunjukan jalan terbaik, jalan yang membuka pintu Rahmat-Nya.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *