Ruang Publik, Taman, Museum dan Perpustakaan

Berlimpahnya taman, ruang publik, perpustakaan serta museum adalah salah satu faktor kunci dibalik kedigdayaan Amerika. Jika kita googling “The best place to visit in DC” atau “the best place to visit in New York city”, akan muncul berbagai laman yang merekomendasikan museum atau taman untuk dikunjungi.

Saat ini saya tinggal di Charlottesville (Albemarle County) yang berpenduduk sekitar 155 ribu orang. Sebagai perbandingan, kampung halaman saya Purwokerto berpenduduk sekitar 220 ribu orang. Charlottesville (Abemarle County) memiliki lebih dari 30 taman, mulai dari taman kecil dengan playground, lapangan tenis dan basket, water park hingga danau yang menyediakan fasilitas kano, kayak dan memancing.

Disini tersebar berbagai trail (lintasan) untuk jogging atau bersepeda dengan total panjang sekitar 150 km. Trail ini umumnya melintasi taman, hutan atau pinggiran sungai yang menyuguhkan pemandangan yang cantik.

Di kota ini terdapat 9 perpustakaan daerah dimana saya bebas meminjam hingga 75 buku secara gratis. Perpustakaan2 ini mengadakan banyak acara seperti klub lego, catur, pemutaran film, story telling (termasuk untuk balita). Ada sekitar 15 museum (termasuk science museum) dan tempat bersejarah yang dikemas secara apik dan menarik untuk dikunjungi.

Yang menyenangkan adalah kota ini hanya berjarak sejauh 2.5 jam perjalanan dengan Washington DC yang memiliki banyak sekali museum seperti Museum of natural history, air and space museum, art museum dan sebagainya

*****

Dulu saya gandrung dengan teori-teori besar pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi. Saya melihat kemajuan sebuah negara dari kacamata ekonomi. Kini saya meyakini bahwa hal-hal yang sifatnya kultural memiliki peran lebih signifikan.

Masyarakat kita haus akan ruang publik. Sebagai contoh Car free day yang titik awalnya adalah kampanye lingkungan bersih dan usaha mengurangi emisi karbon menjadi ruang publik dimana pengunjung tetap membawa mobil dan motor sebelum berjalan-jalan di lokasi car free day. Meski car free day melenceng dari niatan awal, namun saya mendukung car free day sebagai tambahan ruang publik tempat masyarakat melepas penat.

Ketika Purwokerto memiliki terminal baru, lokasi terminal lama difungsikan sebagai taman bernama “Andhang pangrenan”. Saya terkejut melihat animo masyarakat yang luar biasa pada taman yang sebenarnya sangat biasa ini.

Kabupaten tetangga yakni Purbalingga berkembang pesat mulai awal tahun 2000an. Purbalingga memulainya dari Taman wisata pendidikan purbasari yakni semacam sea world namun versi mini dan sederhana. Tiket masuknya sangat murah sehingga minat masyarakat demikian tinggi. Purbasari tak hanya menarik pengunjung dari purbalingga melainkan juga kabupaten tetangga seperti Banyumas. Setelah purbasari, pemerintah purbalingga membangun owabong (water park). Dan usaha ini berlanjut hingga kini Purbalingga memiliki beberapa desa wisata.

Dan saya selalu terkesima dengan taman2 serta objek wisata yang menurut saya biasa namun animo masyarakat sangat luar biasa. Masyarakat kita memang haus akan keberadaan taman tempat melepas penat dan lelah.

*****

Di seberang SMU saya dulu terdapat kantor polisi yang memiliki taman kecil. Di taman ini tersedia dinding yang ditempel koran harian kedaulatan rakyat dan suara merdeka. Saya sering melihat taman kecil ini menjadi tempat para tukang becak melepas lelah sembari membaca koran secara gratis.

Saya berharap semoga para kepala daerah memiliki kesadaran akan pentingnya ruang publik. Saya memimpikan dibangunnya taman-taman cantik di setiap kelurahan. Taman ini memiliki dinding untuk menempel setidaknya 3 jenis koran. Terdapat pula perpustakaan/taman bacaan di taman ini. Perpustakaan ini sering mengadakan acara dongeng anak atau semacam lomba baca puisi bagi anak-anak.

Perpustakaan ini juga menjadi tempat pertemuan bagi anak-anak tak mampu untuk mendapat les gratis dari sukarelawan Kemudian di taman ini terdapat panggung tempat pementasan kenthongan, ketoprak, wayang kulit atau pertunjukan musik. Tak kalah pentingnya adalah tempat lapang untuk bermain futsal dan badminton. Para pedagang ditata rapi agar masyarakat nyaman dan roda ekonomi berputar.

Saya membayangkan seorang tukang becak akan mampir ke taman ini setiap hari sekedar untuk membaca koran gratis sembari melepas penat. Anaknya akan berkunjung untuk membaca majalah bobo dan tambahan les gratis dari sukarelawan karena ayahnya tak mampu membelikan majalah atau mendaftarkan ke bimbingan belajar. Para remaja rutin berlatih Kenthongan untuk dipentaskan di taman ini.

Ruang publik dan literasi adalah dua sisi yang tak boleh luput dari setiap usaha pembangunan yang memanusiakan manusia.

Semoga kelak terwujud.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *