(Meiji, Ikigai dan Nasihat Imam Syafii)

*****

Jika kemarin saya bercerita tentang dua hadits favorit, kini saya ingin berbagi tentang ayat favorit. Namun sebelumnya ada tiga penggal kisah yang ingin saya sampaikan disini.

Meiji

Ketika sebuah negara tertimpa masalah maka ada dua pertanyaan yang mengemuka. Pertama adalah “apa kesalahan kita?” dan yang kedua adalah “Siapa yang menimpakan persoalan ini kepada kita?”

Narasi yang dibangun berdasar atas pertanyaan yang kedua berbuah teori ketergantungan (dependecy theory). Teori yang lahir sekitar tahun 1950an ini banyak dianut di negara2 Amerika latin serta para aktivis “kiri”. Menurut teori ini, sumber dari segala persoalan di negara berkembang adalah kerakusan negara-negara maju yang menghisap sumber daya melalui agen perusahaan multinasional. Teori ketergantungan lazimnya bersisian dengan teori konspirasi.

Pada pertengahan abad ke-19 terjadi Restorasi Meiji di Jepang, satu titik yang menandai berakhirnya era keShogunan. Masa-masa itu juga ditandai dengan derasnya pengaruh asing di Jepang bersamaan dengan kekalahan telak serta dibombardirnya Jepang oleh angkatan laut Inggris. Alih-alih dendam, Jepang terpukau dengan kehebatan eropa dan kemudian membangun Narasinya berdasarkan pertanyaan pertama :”Apa salah kita?” Kata mereka :”You westerners have the guns, All right, one day we’ll have them too.”

Jepang pun lantas mengundang banyak ahli asing serta mengirim orang2 untuk belajar ke Luar negeri. Selama dua tahun (1871-1873) sekumpulan elit Jepang berlayar ke Amerika dan Eropa. Mereka mengunjungi industri, instansi militer, pendidikan, pabrik rel, kapal dsb. Awalnya mereka ingin meng-copy Inggris, namun Inggris terlalu jauh untuk mereka kejar. Akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada Jerman untuk dijadikan Benchmark. Mereka jatuh hati pada karakter orang Jerman yang fokus, realis dan pragmatis.

Sekembalinya ke Jepang mereka pun menerapkan birokrasi ala Jerman, membangun sistem pos, mengupayakan pemerataan sekolah di semua distrik serta menanamkan doktrin nasionalisme.

Sebagai perbandingan, salah satu penganut teori ketergantungan adalah Venezuela. Sebelum saya berangkat ke US, saya mendengar banyak kisah tentang kehebatan Hugo Chavez atas keberaniannya menendang asing.

Namun tahukah kawan bahwa Venezuela kini porak poranda. Diperparah oleh dropnya harga minyak, kini venezuela menghadapi kelangkaan makanan, supply medis dan meningkatnya kriminalitas. Cerita ini saya dapat langsung dari kawan2 saya orang Venezuela. Kemarin saya berbincang dengan kawan2 dari Venezuelan student association yang sedang mengumpulkan donasi. Kata mereka drop nya harga minyak bukan sebab utama gejolak ini. Jauh sebelum turunnya harga minyak, Venezuela sudah bergejolak karena dipimpin oleh rezim yang korup dan tidak becus ( 100% orang Venezuela yang saya temui mengatakan demikian).

Tentu saja saya mengapresiasi doktrin kemandirian yang digelorakan oleh Hugo Chavez. Namun sekedar menimpakan kesalahan pada pihak asing tanpa upaya meningkatkan produktivitas diri (dan introspeksi diri) hanya berbuah petaka.

*****

Nasihat Iman Syafii

Suatu saat Imam syafii didatangi oleh pemuda yang berkeluh kesah atas hidupnya yang penuh kesempitan. Kata pemuda tersebut, dia mendapat gaji 5 dirham namun selalu kurang untuk menutupi kehidupan harian. Iman syafii memberi nasihat agar pemuda itu meminta bos nya untuk memotong gajinya menjadi 4 dirham. Dengan penuh keheranan, pemuda itu pun melaksanakan nasihat Imam syafii.

Beberapa waktu kemudian pemuda itu kembali mendatangi imam syafi’i, mengadukan hidupnya yang tak jua berubah. Lantas Imam syafii pun memberi nasihat serupa :” Minta bos mu agar mengurangi gajimu menjadi 3 dirham!” Dengan penuh keheranan, sang pemuda pun menuruti nasihat Iman syafii.

Beberapa waktu kemudian pemuda itu pun mendatangi Iman syafii. Berbeda dengan kedatangan sebelumnya, kali ini sang pemuda wajahnya cerah dan berseri-seri. Dia mengatakan kepada Imam Syafi’i bahwa kini hidupnya berkecukupan meski gajinya cuma 3 dirham. Hidupnya menjadi tenang dan dadanya terasa lapang. Ia ingin bertanya kepada Imam syafi’i tentang rahasia dibalik nasihat untuk mengurangi gajinya.

Kata Iman syafi’i pekerjaan yang dilakukan oleh sang pemuda memang tidak berhak untuk diberi upah 5 dirham. Maka kelebihan 2 dirham telah mencabut keberkahan hartanya. Dan harta yang telah tercabut keberkahannya menjadikan hidup terasa sempit, gelisah dan tidak tenang.

*****

Ikigai dan berorientasi tujuan

Apa hikmah dari kisah Imam syafii diatas? Bekerjalah sungguh-sungguh, apapun profesimu atau apapun amanah yang sedang kau emban. Bekerja seadanya atau sekedar menjalani rutinitas sangat rawan untuk tercabut barokahnya harta. Apalagi untuk pekerjaan yang upahnya bersumber dari uang rakyat seperti pegawai pemerintahan.

Ada kisah populer tentang penduduk di sebuah desa di Okinawa. Penduduk di daerah tersebut memiliki angka harapan hidup yang sangat tinggi. Rahasianya adalah penduduk di daerah tersebut memiliki “ikigai” yang kuat.

Sederhananya, Ikigai adalah alasan kenapa kita bangun di pagi hari atau dengan kata lain kenapa kita hidup (a reason for being). Orang2 yang memiliki ikigai yang kokoh akan memiliki gairah hidup yang tinggi karena Ia tahu persis apa yang akan dilakukannya setiap hari. Ia menjiwai betul alasan kenapa saya harus bangun dan lantas beraktifitas.

*****

Ayat favorit

Islam sangat menekankan produktivitas. Nasihat Imam syafii pada kisah diatas sederhananya adalah :” Bekerjalah sungguh-sungguh melebihi ekspektasi, maka harta dan hidupmu kan penuh keberkahan!”

Lepaskan lah Narasi besar terkait teori ketergantungan. Mohon maaf, bagi saya cara pandang yang selalu menimpakan kesalahan pada pihak eksternal atau cara pandang yang selalu menempatkan diri pada posisi terancam adalah cara pandang orang yang inferior (cara pandang orang yg takut untuk bertarung).

Allah berfirman dalam surat Al-Insyirah (5-8) :

5. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,

6. sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

7. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),

8. dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

*****

Epilog

Terinspirasi oleh ayat “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)” , setiap hari saya tau persis apa yang akan saya lakukan dan apa yang ingin saya capai.

Pengetahuan apa yang ingin saya peroleh hari ini?

Apa pekerjaan yang harus saya selesaikan hari ini?

Kebaikan apa yang harus saya lakukan hari ini?

Rata-rata graduate student di bidang Fisika Partikel hanya memiliki satu publikasi sebagai penulis utama. Berikut ini adalah langkah2 yang harus ditempuh untuk mempublikasikan paper di sebuah jurnal untuk riset yang dilakukan di Jefferson Lab :

1. Mengirimkan satu analysis note berisi (umumnya) lebih dari 100 halaman ke internal reviewer di Jefferson Lab. Analysis note ini berisi detail eksperimen dan detail analisis data.

2. Setelah anaysis note disetujui (makan waktu berbulan2) maka draft paper kemudian di buat. Lalu draft ini dikirim kembali ke internal reviewer di Jlab.

3. Setelah internal reviewer setuju pada draft paper (proses ini juga lama), maka draft paper ini pun di lempar ke SELURUH anggota kolaborasi untuk di kritisi. Seluruh anggota kolaborasi berhak atas authorship di setiap paper yang dipublish

4. Setelah seluruh anggota kolaborasi setuju, barulah paper kemudian di submit di jurnal seperti physical review C dsb.

Karena proses yang demikian panjang inilah maka rata-rata grad student di bidang ini hanya memiliki satu publikasi (main author) ketika lulus.

Namun,

1. Insya Allah saya akan lulus dengan (Sekitar) lima publikasi sebagai main author.

2. Insya Allah saya akan menerbitkan dua buku ketika lulus nanti (yang satu sedang tahap editing oleh penerbit mizan).

Ini adalah cara saya mencintai Allah dan Rasul-Nya. Ini adalah cara saya untuk mensyukuri nafas yang Allah karuniakan. Yakni dengan menjadi muslim yang produktif, memiliki arah hidup yang clear dan terukur.

Ini adalah narasi besar yang saya tawarkan agar umat Islam tidak menjadi buih.

*****

“Aku meminta kepada-Mu (ya Allah) kenikmatan memandang wajah-Mu (di akhirat nanti) dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu”

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *