Manusia hidup itu pikirannya pasti sibuk, tidak mungkin kosong. Maka jika tidak diisi dengan pikiran baik otomatis hal buruk yang akan dipikirkan.

Manusia hidup jiwanya pasti sibuk, penuh keresahan. Maka jika tidak diisi dengan keresahan akan hal besar maka otomatis hal-hal kecil yang akan diresahkan.

Maka kita yang harus memutuskan, apa yang kan menjadi keresahan kita dan apa yang kan menjadi buah pikiran kita?

Pada tanggal 7 Ramadhan 1366 H, selepas shalat tarawih Mbah Hasyim Asy’ari menerima utusan dari Bung Tomo, mengabarkan bahwa wilayah singosari Malang yang menjadi basis Hizbullah dan Sabilillah telah jatuh ke tangan Belanda. Mendengar kabar ini, beliau kaget dan berkata ” Masya Allah.. Masya Allah..” sambil menekan kepalanya dan lantas jatuh pingsan. Tak lama kemudian di waktu sahur Allah memanggil Mbah Hasyim.

Detik-detik meninggalnya Rasulullah, yang beliau ingat adalah umatnya.. “Ummatii.. ummatii..”, yang beliau khawatirkan adalah umatnya.

****

Orang-orang besar selalu berpikiran besar, yang mereka resahkan adalah umat dan bangsa.

Rasul kita yang mulia bersabda:

“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”

Ya.. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya suka menolong saudaranya. Jadi saya yakin bahwa orang-orang yang mewakafkan dirinya untuk persoalan umat, Allah akan mencukupi kebutuhannya.

Jika kita hanya memfokuskan pada persoalan dan kesulitan diri maka belum tentu persoalan dan kesulitan tersebut akan dipecahkan. Namun sebaliknya, jika kita berupaya membantu kesulitan orang lain Insya Allah kesulitan kita akan teratasi.

Lantas, apakah sebuah keharusan kita berpikiran besar?

Sayangnya.. pikiran dan jiwa manusia hidup selalu sibuk. Kalau kita tidak memilih untuk menyibukan diri (pikiran dan jiwa) untuk persoalan2 besar, maka kita akan sibuk untuk persoalan2 remah.

Sayangnya.. pikiran dan jiwa manusia hidup selalu sibuk. Jika kita tidak menyibukan diri untuk akhirat, maka kita akan sibuk dengan perkara dunia.

Sayangnya.. pikiran dan jiwa manusia hidup selalu sibuk. Jika kita abai dengan persoalan kawan, tetangga, saudara dan umat maka barangkali Allah akan membuat kita sibuk dengan persoalan pribadi yang tak pernah putus dan selesai.

Mulai dari mana?

Saya ingin kembali mengutip Kyai As’ad said Ali seperti di tulisan sebelumnya.

“Saya teringat pesan ulama Mesir, Jamal Al Banna adik dari Hasan Al Banna , beliau mengatakan ; jihad pada masa kontemporer, bukanlah mereka yang berani mati fi sabilillah, tetapi mereka yg berani hidup di jalan Allah”

“Jihad sekarang adalah bagaimana membangun pendidikan science and technology, skill, knowlwdge, integritas umat, kesehatan, achlak muslim, persatuan umat Islam, keunggulan dalam segala hal”

“Kita bebaskan Al Aqsha dr Israel dengan merebut keunggulan moral muslim yang tangguh, ekonomi, teknologi dan persenjataan canggih. Indonesia bisa menjadi pemimpin dunia Islam kalau mempunyai syarat diatas. Berani hidup untuk bangun indonesia paling unggul didunia Islam, dengan akhlakul karimah. insya Allah”

****

Akhirul kata.. saya teringat kata mentor saya dulu: “Jika jiwa ini besar maka raga tak akan pernah lelah mengikutinya”

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *