Mungkinkan Indonesia Menjadi Superpower? Part-2: Belajar Dari China

Dua puluh tahun lalu, China dalam benak saya adalah film vampir yang selalu dinanti dan tayang tiap sabtu siang di RCTI. Sama sekali tak ada bayangan bahwa Negara yang identik dengan kungfu tersebut akan bangkit menjadi negara besar.

Pandangan saya tentang China mulai berubah sejak saya berkenalan dengan “Clash of Civilization” nya Samuel Huntington. Huntington meramalkan bahwa di masa depan peradaban China akan dominan dan berbenturan dengan peradaban besar lainnya. Sejak saat itulah saya gemar berburu buku-buku tentang China.

*****

Tiga hari lalu saya menonton “The great wall”. Film apik kolaborasi Chna-US ini menelan dana hingga150 juta dollar (tipikal film hollywood). Suatu negara yang merasa dirinya superpower akan melakukan propaganda untuk menunjukan dirinya superpower, diantaranya melalui film. Maka tak heran selama ini kita dibombardir (Sampai muak) dengan film2 yang temanya adalah superioritas Amerika; mulai dari Rambo hingga berbagai superhero kekinian.

Jika Film Armagedon berisi kepahlawanan Amerika dalam menyelamatkan bumi dari benturan asteroid raksasa, maka The great wall berkisah kepahlawanan China dalam menyelamatkan bumi dari gempuran monster bernama Tao tei. Satu negara yang telah berhasil melewati fase industrialisasi (ditandai dengan kuatnya ekspor), memang pada akhirnya akan mengekspor produk budayanya seperti musik, film, seni dan pengetahuan. Korea Selatan lebih dulu terkenal dengan Industri baja dan elektroniknya sebelum mengeskpor KPOP ke seantero Asia.

*****

The great wall hanya salah satu tanda bangkitnya sang Naga dari sekian banyak tanda lainnya.

Sejak dua tahun lalu majalah physics today dan Science berisi banyak sekali iklan lowongan kerja dari universitas2 di China. Mereka sedang gencar2nya menarik talenta-talenta terbaik dari US untuk mengisi posisi Postdoctoral dan Faculty member. Bahkan dalam majalah Science edisi khusus akhir tahun lalu terdapat 60 halaman iklan dari universitas2 di China.

Room mate saya (orang Amerika) pernah tinggal dan bekerja di Beijing sebagai pengajar Bahasa Inggris. Kawan saya yang saat ini sedang menempuh S3 jurusan musik di FSU pernah bertemu di pesawat dengan seorang berkewarganegaraan Singapur yang kini sedang mengelola sekolah musik di China. Dan dengan mudahnya dia langsung menawari kawan saya untuk bekerja di China setelah lulus nantinya. Kawan saya yang lain, setelah lulus S2 musik dari FSU kini bekerja di Disneyland Shanghai.

Kedigdayaan Amerika berawal dari gelombang besar masuknya talenta2 terbaik di bidang sains dan teknologi dari Eropa pasca perang dunia 2. Dan kini, gejala yang sama muncul di China.

Beberapa waktu lalu China telah :

1. Membangun rel kereta yang tersambung dari China hingga London, melewati belasan negara di Eropa; menandai tersambungnya jalur sutra darat. Jika terusan di tanah genting kra telah terbangun, maka jalur sutra laut akan semakin kokoh.

2. Dalam “nature index”, China Academy of Science menempati posisi top. Nomor dua nya adalah Universitas Harvard.

3. China telah memiliki radio teleskop terbesar didunia, berdiameter 500 meter.

4. China berencana untuk membangun accelerator particle dengan ukuran dua kali lebih besar dan kekuatan 7 kali lebih besar dibanding LHC (Large Hadron Collider) di CERN.

5. dll dsb.

*****

Daftar diatas masih akan terus bertambah. Namun yang penting bukanlah daftarnya melainkan apa yang membuat China bertransformasi menjadi naga nan perkasa dalam kurun 30 tahun terakhir ?

Hipotesis saya :

1. Pemerintahan yang efektif.
2. Supply SDM berkualitas yang melimpah.
3. Budaya dan lingkungan yang memacu produktifitas.

*****
Berkenaan dengan poin kedua, bagaimana kualitas SDM Indonesia sejatinya? Minggu lalu saya berbincang dengan kawan yang kini menjadi dosen di Univ. Petronas, Malasysia. Kawan saya yang telah lama berkecimpung di dunia migas tersebut mengatakan jika SDM Indonesia sejatinya sangatlah unggul. Kita jauh lebih unggul dibanding SDM Malaysia bahkan bisa bersaing setidaknya untuk level Asia pasific.

Tentu saja saya mengAmini perkataan kawan baik saya tersebut, karena saya pun sudah sering mendengar statement serupa.

Oleh karena itu, dua pertanyaan besar yang kini melekat di benak saya adalah :

1. Jika SDM Indonesia sejatinya unggul secara individu, lantas apa faktor budaya yang menyebabkan keunggulan individu tersebut tidak serta merta berbuah menjadi keunggulan kelompok?

2. Umat Islam adalah mayoritas di Indonesia, maka kemajuan Indonesia tak bisa dilepaskan dari kemajuan umat Islam.

Lantas mengapa nilai2 Islam gagal menjadi inspirasi kemajuan bagi sebagian besar umat Islam di Indonesia?

Bukankah Islam yang kita anut adalah Islam yang sama dengan Islam yang 1000 tahun lalu telah berhasil mengubah bangsa padang pasir yang konon terbelakang menjadi bangsa penakluk emperium persia dan byzantium?

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *