Organisasi Modern & Indonesia 2045 – Part 1

Part-1 Pengantar: Bencana kobra & titik peka

Disclaimer: Mengandung promosi dibagian akhir

pemerintah (kolonial) Inggris di India pernah mengalami masalah populasi ular kobra yang tak terkontrol. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah menjanjikan hadiah besar bagi siapapun yang membunuh kobra dan menunjukan mayatnya. Pemerintah berpikir bahwa insentif yang besar tentu bisa mengatasi persoalan populasi kobra tersebut.

Tak disangka alih-alih menjadi solusi, insentif besar malah menambah persoalan. Rupanya hadiah yang diberikan lebih besar dibanding ongkos beternak kobra. Jadi orang2 India sengaja beternak kobra untuk kemudian dibunuh dan diserahkan kepemerintah. Menyadari hal ini pemerintah Inggris pun membatalkan pemberian hadiah. Para petani yang telanjur beternak kobra pun marah dan melepas ribuan kobranya. Walhasil, populasi kobra malah lebih besar dibanding sebelum insentif diberikan.

Kisah “Cobra effect” sering dikupas pada kajian2 kebijakan publik dan manajemen. Kisah ini memberi ilustrasi bahwa manajemen & kebijakan publik sangatlah kompleks. Niat baik yang tak disertai dengan strategi dan pendekatan yang tepat bisa memicu kekacauan.

Amerika pernah melarang produksi & penjualan minuman beralkohol pada tahun 1920-1933. Kebijakan ini memicu upaya2 penyelundupan alkohol. Penyelundupan ini tentunya memerlukan organisasi yang rapi dengan kepemimpinan yang kuat. Walhasil, pelarangan alkohol menjadi trigger munculnya para mafia dan organisasi kriminal yang awalnya berbisnis alkohol namun pada akhirnya merambah narkoba dan senjata. Al capone adalah gangster Chicago paling terkenal diera ini. Tokoh Al capone dengan segudang catatan kejahatannya adalah (salah satu) inspirasi dibalik film “Godfather”.

Gangster & mafia yang merajalela di Amerika tahun1920an menunjukan bahwa kebijakan publik adalah sesuatu yang sangat “tricky”. Seringkali suatu aksi yang diharapkan menjadi solusi atas satu persoalan malah mentrigger persoalan lain yang lebih besar.

****

Karena kebijakan publik adalah hal yang sangat “tricky”, maka kebijakan publik dan manajemen memerlukan sentuhan seni alih-alih sains dan analisis semata. Terkadang keputusan sederhana yang berdasar pada “gut” atau “insting” malah menjadi solusi tak terduga dari persoalan yang rumit. Seringkai solusi apik “hidden in the plain sight”.

William Bratton memimpin NYPD (New York Police Department) pada tahun 1994 ketika situasi New York sedang kacau. Tingkat kriminalitas sangat tinggi sampai2 sebutan New York sebagai kota apel besar diplesetkan menjadi apel busuk. Terbatasnya anggaran kepolisian, gaji polisi yang rendah serta buruknya birokrasi kepolisian New York menambah runyam persoalan. Kriminalitas pun tak terkontrol.

Namun dalam kurun 2 tahun Bratton berhasil membuat pencapaian menakjubkan. Kasus pembunuhan turun sebesar 50%, kasus pencurian turun sebesar 39%. Kepercayaan publik kepada NYPD meningkat drastis dari 37% ke 73%. Dalam waktu yang relatif singkat dan sumber daya terbatas Bratton berhasil meraih berbagai pencapaian dramatis.

Bratton berhasil mengidentifikasi “titik peka” solusi dan mengeksekusinya dengan baik. Bratton memfokuskan sumber dayanya yang terbatas untuk membenahi kereta bawah tanah (subway). Kebijakan Bratton awalnya dicibir dan ditentang. Dengan tingkat pembunuhan yang tinggi kenapa Bratton memfokuskan ke Subway yang identik kejahatan2 kecil (grafiti ilegal, nggak bayar tiket, jambret dll). Saat itu statistik pun menunjukan bahwa hanya 3% dari kejahatan besar yang lokasinya di Subway.

Tak disangka langkah Bratton yang sederhana, dianggap tak rasional dan hanya berdasarkan “gut” atau insting ternyata menjadi titik peka yang mentrigger perbaikan2 di seluruh sektor kepolisian. Kisah lengkap tentang William Bratton ini diulas oleh Malcolm Gladwell (buku tipping point) serta dikaji serius oleh Harvard Business Review dalam “Tipping point leadership”.

Kisah favorit saya lainnya tentang titik peka adalah bagaimana Jonan membenahi PT KAI. Dulu kita sama2 mafhum persoalan kereta api di Indonesia: Sering telat, penumpang tak bayar, overload penumpang, asap rokok, dan berbagai ketidaknyaman lainnya. Persoalan2 tersebut kini tuntas diatasi, dan Jonan mengawalinya dengan fokus pada “satu penumpang satu tiket”.

****

Tahun 2045 Indonesia akan berusia 1 abad. Situasi seperti apa yang akan kita lihat 24 tahun mendatang? Pemerintah telah mencanangkan Visi Indonesia 2045. Saat itu ekonomi kita terkuat kelima di dunia dengan PDB 7,3 Trilyun dollar dan pendapatan per kapita sekitar 25ribu dollar.

Pada tahun 2045 Papua adalah lumbung pangan nasional. Nusa-Bali dan Maluku adalah pusat pariwisata dan perikanan. Sulawesi akan menjadi pusat industri pangan dan gerbang Indonesia timur. Kalimantan akan menjadi pusat manufaktur. Jawa tetap menjadi pusat perdagangan dan jasa sementara Sumatra akan menjadi pusat baru industri dan gerbang Asia.

Visi ini telah diterjemahkan ke berbagai dokumen2 perencanaan nasional. Salah satu contohnya adalah rencana induk riset nasional 2017-2045, yang lantas didetailkan dalam prioritas riset nasional 2020-2024. Dokumen tersebut menyebutkan berbagai flagship yang ingin kita raih pada tahun 2024 seperti pesawat N219 amfibi, satelit komunikasi orbit rendah dan sebagainya.

Ada banyak sekali indikator yang ingin kita raih untuk menuju 2045 yang kita impikan. Banyak pula persoalan2 yang membayangi tercapainya indikator2 tersebut.

Namun saya percaya bahwa diantara belantara indikator dan persoalan, ada titik peka solusi yang jika kita sentuh menjadi bola salju perubahan besar.

Terkadang titik peka tersebut sangatlah sederhana. Contohnya adalah kebijakan Gus Dur yang mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua serta membolehkan perayaan Imlek. Kebijakan yang terkesan sederhana, namun impaknya sangat mendalam bagi kawan2 papua dan keturunan tionghoa.

****

Ada titik peka disemua level organisasi, baik organisasi negara maupun ikatan alumni. Seringkali titik peka tersebut ada di dekat kita, hidden in the plain sight.

Saya mengenal Seterhen Akbar , Elektro 2003 sejak 15 tahun lalu. Banyak petualangan, hura-hura maupun huru-hara yang kami lewati bersama.

Dan saya mendukung Seterhen Akbar alias Saska untuk menjadi Ketua Ikatan Alumni ITB 2021-2025. Insya Allah Saska akan menemukan titik peka bagi organisasi IA ITB, menjadikan lebih modern, dan memberi kontribusi bagi terwujudnya Indonesia emas 2045.

Charlottesville, Jan-24 2021

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *